Jakarta, Hangoutproject.id - Darts, meskipun terlihat sederhana bagi sebagian orang, sesungguhnya adalah olahraga yang menuntut teknik, fokus, dan ketenangan diri yang luar biasa. Salah satu pemain yang sangat mengerti akan hal ini adalah Suwendi atau akrab disapa dengan panggilan “Pak Wendi”, seorang legenda dalam dunia darts Indonesia. Perjalanan panjangnya di dunia olahraga ini tak hanya menginspirasi banyak orang, tetapi juga mencerminkan semangat dan dedikasi tanpa henti.
Awal Mula Perjalanan Suwendi di Dunia Olahraga Darts
Pak Wendi memulai perjalanan dunia dartsnya pada tahun 1990. Sebelum terjun ke olahraga ini, beliau bekerja di Pertamina dan pada usia 40 tahun, beliau mulai mengenal dan mendalami olahraga darts. Tentu saja, perjalanan awalnya tidaklah mudah, tetapi ketertarikannya tumbuh berkat sebuah kejuaraan yang diadakan setiap tahun di Pertamina. “Olahraga darts adalah olahraga yang memang memerlukan teknik, skill, fokus, dan ketenangan diri,” ujarnya. Dari sini, ia mulai berlatih dan berkompetisi, menorehkan banyak pencapaian luar biasa.
Pada masa itu, olahraga darts yang dimainkan adalah steel tip, yaitu jenis darts dengan ujung besi yang lebih konvensional. Setiap tahun, diadakan kejuaraan antar karyawan di Pertamina, yang puncaknya adalah turnamen ASEAN Council Petroleum Games (ASCOPE). Di ajang tersebut, seluruh negara-negara anggota ASEAN berkumpul untuk bertandingan dalam berbagai cabang olahraga, termasuk darts. Pak Wendi merasa terhormat untuk berpartisipasi dalam kejuaraan ini, dan perjuangannya membuahkan hasil ketika Indonesia meraih kemenangan pertama di tahun 1996, sebuah momen yang sangat berkesan dalam karirnya.
Pencapaian dan Momen Berkesan
Salah satu momen yang berkesan dalam karir Pak Wendi adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah ASCOPE Games di Jakarta dan akhirnya meraih juara pada tahun 1996. Saat itu, negara-negara seperti Malaysia dan Thailand yang memiliki tradisi darts lebih lama sering kali menjadi pesaing berat Indonesia. “Ketika kita juara di tahun 1996, itu adalah pencapaian terbesar dalam karir saya di dunia darts. Rasanya sangat luar biasa, apa lagi kita menjadi tuan rumah,” kenangnya dengan penuh kebanggaan.
Setelah pensiun dari Pertamina pada tahun 2006, Pak Wendi beralih ke soft tip darts pada tahun 2007. Pada jenis ini, darts yang digunakan memiliki ujung plastik, dan permainan ini semakin berkembang di Indonesia.
Beliau juga terus berkompetisi dan mewakili Indonesia dalam berbagai turnamen internasional, berkeliling ke negara-negara Asia, seperti Malaysia, Filipina, dan Taiwan. “Setiap pertandingan itu memiliki kenangan tersendiri, terutama ketika bertemu dengan lawan-lawan dari negara lain yang tekniknya sudah sangat mumpuni,” katanya saat diwawancarai tim Hangout Project.
Dilansir dari liputan6.com, tahun 2016, Pak Wendi kembali menguasai berbagai gelar. Diantaranya, podium tertinggi Open Single Soft Dart Rumble mesin Dartslive2 di ICERA resto, juara 1 Prost Soft Darts Tournament Open Single mesin Phoenix di Gading Serpong, juara 1 Double with Andersen Tjoeng mesin V-Dart di Weisbeer PIK untuk mewakili ke Kuala Lumpur. Sedangkan tahun 2017, dia memenangkan Single Open Steel tip di Euro Cafe Kelapa Gading.
Fokus dan Mental dalam Olahraga Darts
Seperti halnya olahraga lainnya, olahraga darts membutuhkan konsentrasi dan fokus yang tinggi. Dalam pertandingan penting, mental adalah faktor yang sangat menentukan. Pak Wendi menjelaskan, “Lawan terbesar dalam darts itu adalah diri sendiri. Kalau kita bisa mengalahkan diri sendiri, kita akan bermain dengan tenang dan fokus.” Mental yang kuat dan ketenangan sangat penting, terlebih ketika bertanding dalam kondisi yang menegangkan. Beliau juga memberi tips bagi pemula “Untuk menjadi pemain darts yang baik, kita harus terus berlatih, bertanding, dan belajar dari setiap kekalahan. Jangan terlalu puas dengan kemenangan, karena masih banyak yang bisa kita perbaiki.”
Generasi Muda dan Harapan untuk Darts Indonesia
Melihat potensi generasi muda di dunia darts, Pak Wendi merasa optimis. “Banyak sekali pemain muda yang berbakat, terutama di Jakarta, Tangerang, dan Serpong. Klub-klub darts juga semakinberkembang, dan hal ini menunjukkan bahwa olahraga darts di Indonesia memiliki masa depan yang cerah,” ungkapnya. Namun, untuk mengembangkan potensi ini, Pak Wendi berharap agar Poradi, sebagai organisasi induk, bisa lebih serius dalam mengelola dan mendukung regenerasi pemain muda di Indonesia.
Pak Wendi juga berpesan kepada para pemain muda untuk terus berlatih dan mencintai olahraga darts. “Darts adalah olahraga yang menyenangkan dan penuh tantangan. Di balik setiap lemparan darts, ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Jangan takut untuk kalah, karena itu adalah bagian dari proses untuk menjadi lebih baik,” tuturnya dengan penuh semangat.
Pak Wendi adalah contoh nyata dari seorang legenda olahraga yang tidak hanya dikenal karena prestasi dan kemenangan, tetapi juga karena dedikasi dan kecintaannya terhadap olahraga darts sekaligus menginspirasi banyak orang. Hal ini, membuatnya menjadi salah satu tokoh terkemuka dalam dunia darts Indonesia. Pak Wendi selalu menekankan pentingnya mental, konsentrasi, dan kecintaan terhadap olahraga ini. Dengan generasi muda yang semakin berkembang, dan dengan dukungan dari organisasi seperti Poradi, masa depan darts Indonesia tampaknya semakin cerah.
Sabtu, 1 Maret 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Sebuah era telah resmi berakhir. Phil Taylor, legenda hidup olahraga darts, telah mengumumkan pensiun total dari dunia darts — tak hanya dari kompetisi profesional, tapi juga dari laga-laga ekshibisi yang selama ini masih menyambung napas karir panjangnya. Juara Dunia 16 kali itu menyampaikan kabar tersebut secara resmi pada Selasa sore melalui media sosial dan situs pribadinya.
Kabar ini menandai penutupan resmi salah satu karir paling dominan dan berpengaruh dalam sejarah olahraga modern.
Tak Lagi Muncul di Atas Panggung
Dilansir dari dartsnews.com akhir pekan lalu Taylor sempat dijadwalkan tampil dalam laga ekshibisi “Armageddon” di Leicester dan menghadapi Bradley Coltman. Namun, para penonton dibuat terkejut ketika promotor acara, Matt Ward, naik ke panggung untuk mengumumkan bahwa “The Power” — julukan Taylor — tidak akan lagi melempar darts. Sebagai pengganti, Ricky Evans dihadirkan untuk mengisi laga tersebut.
Taylor masih hadir di lokasi dan menyapa para penggemarnya melalui sesi tanya jawab di Norwich. Namun, semangat yang dulu begitu kuat di balik sorot lampu arena kini telah beralih ke babak baru dalam hidupnya.
“Saya ingin mengklarifikasi agar orang-orang tidak datang ke acara dengan harapan saya masih akan bermain dan akhirnya kecewa,” tulis Taylor dalam pernyataannya.
Cedera yang Mengubah Segalanya
Keputusan Taylor untuk mundur total sebenarnya sudah mulai terbentuk sejak tahun lalu, ketika ia mengundurkan diri dari ajang World Seniors Darts Matchplay karena cedera pinggul yang berkepanjangan. Operasi yang ia jalani pada akhir tahun itu tidak hanya menandai perawatan medis, tapi juga menjadi titik balik dalam karirnya.
“Nyeri pinggul membuat saya tak lagi bisa bermain dengan nyaman,” kata Taylor sebelumnya. Dan kini, ia memilih untuk tak lagi memaksakan diri — sesuatu yang tidak mudah bagi seorang kompetitor sejati sepertinya.
Perpisahan Sang Legenda
Dalam pernyataan resminya, pria yang telah menghiasi dunia darts selama lebih dari empat dekade ini menulis:
“Setelah karir yang panjang dan fantastis selama 40 tahun terakhir, saya umumkan bahwa mulai hari ini saya pensiun dari bermain darts. Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari komunitas yang bersemangat dan penuh semangat.”
Taylor juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh penggemar dan komunitas darts atas dukungan luar biasa selama ini. Ia menegaskan bahwa dorongan dari para penonton dan penggemar adalah “kekuatan pendorong” di balik semua pencapaiannya.
“Sebuah perjalanan yang memungkinkan saya untuk mencapai lebih dari yang pernah saya bayangkan. Saya bersyukur atas persahabatan yang telah saya jalin dan pengalaman yang telah saya bagikan.”
Sebuah Legasi Tak Tertandingi
Phil Taylor bukan sekedar juara. Ia adalah ikon. Dengan 16 gelar Juara Dunia, puluhan trofi mayor lainnya, dan pengaruh yang tak terukur dalam mempopulerkan darts sebagai olahraga global, namanya akan terus hidup dalam sejarah.
Dalam setiap lemparan yang presisi, dalam setiap sorakan di Ally Pally, dan dalam semangat setiap pemain muda yang bermimpi menjadi juara — bayangan “The Power” akan selalu hadir.
Dan meski ia tak lagi berdiri di depan oche, Phil Taylor tetap akan menjadi bagian dari olahraga ini. Seperti yang ia katakan:
“Saat satu babak ditutup, babak lain terbuka. Transisi ini membuka peluang baru bagi saya untuk terlibat dengan olahraga ini dengan cara yang berbeda.”
Selamat pensiun, Phil. Terima kasih atas segalanya. Anda bukan hanya juara dunia — Anda adalah juara selamanya.
Phil Taylor — 16 kali Juara Dunia. Tak tergantikan, Tak terlupakan.
Kamis, 22 Mei 2025