Basket Ball
Cleveland Cavaliers Tundukkan Memph...

Jakarta, Hangoutproject.id - Di hadapan ribuan penggemar yang setia, Cleveland Cavaliers meraih kemenangan dramatis atas Memphis Grizzlies dalam laga yang penuh ketegangan di NBA. Dengan skor akhir 129-126, Cavaliers menunjukkan semangat juang yang tak tergoyahkan dalam pertandingan yang menjadi bukti nyata bahwa persaingan di liga ini selalu penuh kejutan. 

 

Dilansir dari mainbasket.com, pertandingan hari Minggu (23/2) waktu Amerika Serikat itu dipenuhi dengan momen-momen yang menggetarkan. Pemain-pemain bintang seperti Donovan Mitchell dan Evan Mobley kembali mengambil peran utama, memberikan kontribusi besar untuk tim. Mitchell, sang All-Star, tampil gemilang dengan mencetak 33 poin, memimpin tim di sepanjang pertandingan. 

 

Sementara itu Mobley, yang semakin matang dalam permainannya, mencatatkan 25 poin, 13 rebound, dan 8 assist, menunjukkan kelasnya sebagai pemain muda berbakat. Dalam 36 menit bermain, Mobley mengkonversi 10 dari 20 tembakan dari lapangan, termasuk 4 dari 6 lemparan bebas—performa yang membuatnya mencatatkan sejarah. Menurut StatMuse, Mobley menjadi pemain Cavaliers pertama sejak LeBron James yang mampu meraih angka tersebut dalam satu pertandingan, sebuah pencapaian yang menambah bobot prestasinya. 

 

Namun, momen krusial datang di kuartal keempat, ketika Ty Jerome muncul sebagai pembeda. Dengan tenang, Jerome menyumbangkan 15 dari total 26 poinnya di periode akhir untuk memastikan kemenangan Cavaliers, meski Memphis berusaha keras untuk bangkit. Kontribusi Jerome sangat penting, terutama di saat-saat genting, memperpanjang rekor kemenangan Cleveland menjadi tujuh berturut-turut dan membawa mereka ke angka 27-4 di Rocket Arena, sebuah catatan yang sulit untuk di saingi. 

 

Namun, seperti halnya setiap pertandingan yang penuh drama, tidak semua berjalan mulus. Cleveland, yang dikenal dengan ketepatan tembakan tiga angka mereka (memimpin NBA dengan persentase 39,3%), sempat mengalami kesulitan.

 

Mereka gagal dalam 22 dari 25 percobaan pertama mereka dari luar garis tiga angka, meskipun Mitchell berhasil menjadi pencetak angka terbanyak bagi tim. Pada akhirnya, mereka berhasil mencetak 13 dari 47 tembakan tiga angka, menunjukkan keteguhan hati dan kemampuan mereka untuk bangkit meski menghadapi tekanan. 

 

Di sisi lain, Memphis, yang menduduki posisi kedua di Wilayah Barat, berjuang keras namun gagal meraih kemenangan. Jaren Jackson Jr. mencetak 22 poin, Ja Morant menambah 21 poin dan 10 assist, sementara Luke Kennard menyumbangkan 19 poin dari bangku cadangan. Meski demikian, kekalahan ini menjadi yang ketiga bagi Grizzlies dalam empat pertandingan terakhir mereka. 

 

Dengan kemenangan ini, Cleveland Cavaliers terus memperkokoh posisi mereka di puncak klasemen Wilayah Timur, mengungguli Boston Celtics yang kini berada di posisi kedua dengan selisih enam pertandingan. Dengan rekor terbaik liga yang terus membaik, Cavaliers semakin membuktikan bahwa mereka adalah salah satu calon penantang gelar NBA tahun ini. 

 

Sementara itu, Memphis (37-20) tetap menjadi salah satu tim yang paling disegani di Wilayah Barat, beriringan dengan Denver Nuggets, meskipun mereka harus merasakan kekalahan yang menyakitkan dalam laga kali ini. 

 

Pertandingan ini, yang penuh dengan aksi luar biasa dan determinasi, menjadi gambaran nyata dari intensitas dan kualitas permainan di NBA. Cleveland Cavaliers, dengan kemenangan ini, melangkah lebih mantap menuju ambisi mereka untuk kembali menorehkan sejarah di musim ini.

Selasa, 25 Februari 2025

NBA
Basket Bal...
Tantangan Pelatih Pelita Jaya untuk...

Jakarta, Hangoutproject.id - Pelatih Pelita Jaya, Johannis Winar, atau yang akrab disapa Ahang, kini menghadapi tantangan besar dalam memperkuat lini depan timnya, terutama para big man yang menjadi tulang punggung di area cat.

 

Dengan tujuan besar untuk mendominasi paint area di setiap pertandingan, Ahang menuntut para pemain besar pelita Jaya untuk tampil lebih agresif—suatu sikap yang menjadi kunci utama dalam menciptakan pengaruh signifikan di lapangan. 

 

Dilansir dari iblindonesia.com, agresivitas bukan sekedar tuntutan, melainkan sebuah filosofi yang diusung oleh Ahang untuk memperkuat pondasi permainan tim. Bagi tim pelatih basket Indonesia ini, keberhasilan tim tidak hanya ditentukan oleh serangan tajam dan ketepatan tembakan, tetapi juga oleh kemampuan menguasai area krusial di bawah ring. Dengan melibatkan dig man secara lebih agresif, Ahang berharap Pelita Jaya dapat mendominasi paint area, baik dalam pertahanan maupun serangan. 

 

“Setiap big man yang bermain, saya ingin mereka agresif dan dominan, terutama dalam hal rebound—baik itu saat bertahan maupun menyerang,” ujar Ahang, menjelaskan filosofi permainan yang ingin diterapkan. 

 

Permintaan ini bukan tanpa alasan. Ahang ingin para pemain big man tidak ragu lagi untuk melepaskan tembakan, karena ia percaya ada rekan-rekannya yang siap membantu dengan melakukan rebound.

 

Hal ini menjadi alasan utama agar tim dapat terus menjaga alur permainan dan menjaga momentum meski dalam situasi yang menantang. Rebound bukan sekedar mengambil bola pantul, tetapi juga menciptakan peluang-peluang baru yang berpotensi mengubah jalannya pertandingan. 

 

Salah satu contoh nyatanya terjadi pada pekan ketujuh IBL 2025, ketika Pelita Jaya bertanding melawan Pacific Caesar Surabaya pada Kamis, 6 Maret. Dalam pertandingan tersebut, Pelita Jaya menunjukkan agresifitas yang telah diminta oleh sang pelatih dengan membungkam tim tamu dengan skor telak 78 - 10. Kemenangan tersebut tak hanya menggambarkan solidaritas tim, tetapi juga keberhasilan dalam menguasai paint area, yang tercermin dari 60 poin yang berhasil dicetak di area tersebut. 

 

Tak hanya itu, James Dickey, big man andalan Pelita Jaya, menjadi bintang dalam pertandingan tersebut dengan membukukan 16 angka. Ini adalah buah dari penerapan prinsip agresif yang diinginkan Ahang, yang secara tegas menginginkan Dickey untuk tidak hanya fokus pada serangan, tetapi juga harus dominan dalam perebutan bola pantul. “Saya dari awal maunya dia memang dominan dalam rebound, jangan sampai terbalik, pemain lain mau rebound sedangkan dia tidak mau rebound, jadi semua ada perannya masing-masing,” tegas Ahang.

 

Tantangan bagi big man Pelita Jaya tentu tak mudah. Selain mengembangkan kemampuan teknik dan fisik, mereka harus memiliki mentalitas untuk terus berjuang di area yang seringkali penuh tekanan.

 

Namun, dengan arahan yang jelas dari pelatih dan semangat untuk berkontribusi lebih bagi tim, tak ada yang mustahil bagi para pemain besar Pelita Jaya. Sebab, seperti yang ditunjukkan dalam laga melawan Pacific Caesar, ketika para big man bermain dengan penuh agresivitas, mereka bisa mengubah jalannya permainan dan membawa tim meraih membawa kemenangan gemilang.

 

Dengan terus berfokus pada dominasi paint area dan agresivitas dalam perebutan rebound, Pelita Jaya berpotensi menjadi tim yang tak hanya kuat di sisi serangan, tetapi juga menakutkan di sektor pertahanan. Tentunya, ini akan menjadi fondasi yang kokoh untuk meraih kesuksesan di kompetisi yang semakin ketat.

Senin, 10 Maret 2025

Basket Bal...
Indonesian...
Bintang Suns Kevin Durant Akan Menj...

Jakarta, Hangoutproject.id - Kabar buruk datang untuk penggemar Phoenix Suns, dengan bintang mereka, dilansir dari nba.com, Kevin Durant dipastikan absen setidaknya untuk pertandingan berikutnya.

 

Durant, yang merupakan peraih 15 kali All-Star dan salah satu pemain terbaik NBA, terpaksa keluar dari lapangan pada pertandingan hari Minggu melawan Houston Rockets setelah mengalami cedera pergelangan kaki kiri.

 

Insiden itu terjadi saat waktu tersisa 6:57 di kuarter ketiga. Durant terjatuh setelah bertabrakan dengan pemain Rockets, Jabari Smith Jr. Dalam upayanya untuk bangkit, Durant tampak kesulitan menopang berat badannya pada kaki kiri dan kemungkinan besar menginjak kaki Smith saat terjatuh. 

 

Meskipun ia berhasil berdiri dan berjalan dengan bantuan, Durant tidak mampu melanjutkan pertandingan dan segera dibantu menuju ruang ganti. Setelah pertandingan, yang dimenangkan Houston dengan skor 148-109, pelatih Suns, Mike Budenholzer, mengkonfirmasi bahwa Durant akan menjalani pemeriksaan MRI pada pergelangan kaki kirinya pada hari Senin.

 

Sebagai langkah pencegahan, Durant dipastikan tidak akan ikut serta dalam pertandingan tim melawan Milwaukee Bucks pada Selasa malam dan juga diperkirakan akan absen dalam beberapa pertandingan mendatang di Boston dan New York. 

 

Kehilangan Durant tentu merupakan pukulan berat bagi Suns yang tengah berjuang keras untuk mengamankan posisi mereka di babak play-in Wilayah Barat. Dengan hanya dua minggu tersisa dalam musim reguler dan enam pertandingan yang harus dilalui, Phoenix tertinggal 1,5 pertandingan dari Sacramento Kings, yang menduduki posisi terakhir untuk lolos ke play-in.

 

Tanpa Durant, yang memiliki kontribusi besar dalam setiap pertandingan, perjalanan Suns untuk mempertahankan harapan mereka menuju playoff akan semakin berat. 

 

Dalam pertandingan tersebut, Durant tampil selama 23 menit, mencetak 11 poin dan meraih 8 rebound. Meskipun penampilannya tidak mencapai puncak, ia tetap memberikan dampak yang signifikan bagi tim. Musim ini, Durant juga berhasil naik ke posisi kedelapan dalam daftar pencetak skor terbanyak sepanjang karir NBA, yang menambah prestasinya di liga ini. 

 

Dengan masa depan yang tidak pasti akibat cedera ini, semua mata kini tertuju pada hasil MRI yang akan menentukan apakah Durant bisa segera kembali ke lapangan atau harus absen lebih lama.

 

Bagi Suns, perjuangan untuk meraih tempat di playoff akan terasa semakin berat, dan semoga mereka bisa menghadapinya dengan semangat juang yang tinggi, meski tanpa bintang utama mereka.

Rabu, 2 April 2025

NBA
Basket Bal...
Jokić Cetak Sejarah dengan 61 Poin,...

Jakarta, Hangoutproject.id - Pada malam yang penuh drama, Nikola Jokić memperlihatkan kemampuannya yang luar biasa dengan mencetak 61 poin, jumlah tertinggi dalam karirnya, dalam kekalahan Denver Nuggets dari Minnesota Timberwolves. Pertandingan yang berlangsung hingga dua kali perpanjangan waktu ini berakhir dengan skor 140-139 untuk kemenangan Timberwolves, tetapi Jokić tetap mencuri perhatian dengan penampilan yang akan dikenang lama.

 

Dilansir dari nba.com, penampilan 61 poin Jokić ini tidak hanya mencatatkan angka tertinggi musim ini, tetapi juga menjadikannya sebagai triple-double dengan skor tertinggi dalam sejarah NBA. Jokić, yang bermain selama 53 menit, juga menambah 10 rebound dan 10 assist, menjadikannya pemain pertama dalam sejarah NBA yang mencatatkan triple-double dengan 60+ poin. Rekor ini melampaui pencapaian sebelumnya yang dilakukan oleh bintang-bintang seperti Luka Dončić (27 Desember 2022) dan James Harden (30 Januari 2018), yang keduanya mencetak triple-double dengan 60 poin.

 

Kemenangan individual Jokić dalam kekalahan ini semakin memperkuat statusnya sebagai kandidat utama untuk penghargaan Kia MVP musim ini. Bahkan lebih dari itu, dia berpotensi menjadi pemain pertama dalam sejarah NBA yang berada di posisi tiga besar untuk perolehan skor, rebound, assist, dan steal, suatu pencapaian yang sangat jarang terjadi. 

 

Namun, meskipun Jokić tampil luar biasa, kekalahan ini tetap meninggalkan kesan yang pahit bagi Denver Nuggets. Mereka tidak hanya kalah dalam pertandingan yang menegangkan, tetapi juga mencatatkan kekalahan keenam berturut-turut dari Timberwolves, termasuk dalam babak playoff. Momen-momen akhir pertandingan juga diwarnai dengan kegagalan Russel Westbrook dalam mencetak layup penting, yang kemudian berujung pada pelanggaran terhadap Nickeil Alexander-Walker. Penjaga Timberwolves itu kemudian melakukan dua lemparan bebas, dan meskipun gagal dalam lemparan ketiga yang sengaja dilakukan, Nuggets tetap tak mampu membalikkan keadaan. 

 

Sementara itu, malam tersebut juga menjadi saksi bagi pencapaian lain yang tidak kalah penting. Stephen Curry, pemain bertahan Warriors, mencetak 52 poin dengan 12 lemparan tiga angka, melewati Jerry West dalam daftar pencetak skor sepanjang masa NBA. Dua momen bersejarah ini mengisi halaman sejarah liga yang terus berkembang. 

 

Meski Jokić tidak dapat merayakan kemenangan bersama timnya, pencapaiannya tentu layak mendapat apresiasi tinggi. Pelatih Nuggets, Michael Malone, dengan tulus memuji performa luar biasa Jokić. “Dia Superman,” ujarnya. “Dia berada di level yang jauh berbeda, kawan. Orang-orang bilang dia tidak atletis, tetapi tidak banyak orang yang bisa melakukan apa yang dia lakukan.” Anthony Edwards, penjaga Timberwolves, turut memberikan pujian atas permainan Jokić, yang ia sebut sebagai salah satu pemain basket terbaik yang pernah ia lihat dari dekat, selain dirinya sendiri. 

 

Dengan peringkat ketiga di klasemen Wilayah Barat dan hanya tersisa enam pertandingan musim reguler, Nuggets kini berharap dapat bangkit dari kekalahan ini. Mereka akan menghadapi Spurs pada Rabu malam di Denver, dalam upaya untuk melanjutkan perjuangan mereka menuju playoff. 

 

Meskipun hasil pertandingan ini sangat mengecewakan bagi Nuggets, penampilan Jokić sekali lagi menegaskan posisinya sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah NBA. Sebagai pemimpin tim dan salah satu yang terhebat di liga, Jokić tetap menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang tak bisa diabaikan, baik dalam kemenangan maupun kekalahan.

Kamis, 3 April 2025

NBA
Basket Bal...
Bucks Bangkit dari Defisit 24 Poin...

Jakarta, Hangoutproject.id - MILWAUKEE - Dalam sebuah pertandingan yang penuh kejutan, Milwaukee Bucks berhasil melakukan comeback spektakuler dari defisit 24 poin di kuarter keempat untuk mengalahkan Minnesota Timberwolves 110-103 pada Selasa malam. Kemenangan ini sekaligus memperpanjang rekor kemenangan berturut-turut Bucks menjadi lima, sementara bagi Timberwolves, ini adalah akhir dari lima kemenangan beruntun mereka. 

 

Dilansir dari global.espn.com, Giannis Antetokounmpo menjadi bintang utama dalam kemenangan ini, mencatatkan triple-double ketiganya secara berturut-turut dengan 23 poin, 13 rebound, dan 10 assist. Penampilan luar biasa Antetokounmpo menjadi kunci bagi Bucks yang membalikkan keadaan setelah tertinggal jauh di awal kuarter keempat. 

 

Timberwolves tampaknya akan meraih kemenangan yang mudah ketika mereka unggul 95-71 dengan waktu tersisa kurang dari 10 menit. Namun, Bucks menunjukkan semangat juang yang luar biasa, mencetak 23 poin berturut-turut untuk menyamakan kedudukan menjadi 97-97 melalui lemparan tiga angka AJ Green dengan 3:36 tersisa di papan skor. 

 

Ketegangan meningkat saat terjadi pertikaian antara Kevin Porter Jr. dari Bucks dan Rudy Gobert  dari Timberwolves. Insiden tersebut mengarah pada pelanggaran teknis untuk kedua pemain, sementara Gary Trent Jr. dari Bucks juga mendapatkan pelanggaran teknis tambahan setelah mengomel pada Gobert. Dalam kekacauan tersebut, Anthony Edwards dari Timberwolves berhasil memasukkan lemparan bebas untuk membawa timnya unggul 98-97. 

 

Namun, momentum mulai berbalik ketika Bobby Portis melakukan steal dari Edwards dan mengatur dunk untuk Porter, yang membuat Bucks unggul untuk pertama kalinya dalam pertandingan dan memulai laju 8-0 yang tak terhentikan. Porter sendiri menyelesaikan pertandingan dengan 21 poin, sementara Portis menambah 18 poin dan 10 rebound dalam kembalinya dia setelah absen 25 pertandingan. 

 

Edwards tampil cemerlang untuk Timberwolves, mencetak 25 poin, sementara Donte DiVicenzo menambah 24 poin dan Naz Reid menyumbang 17 poin. Meskipun begitu, pertahanan Bucks yang solid di 10 menit terakhir pertandingan, dengan mengungguli Timberwolves 39-8, akhirnya membawa mereka meraihi kemenangan. 

 

Bagi Bucks, kemenangan ini menjadi bukti kebangkitan mereka setelah sempat tertinggal jauh, dan menambah catatan impresif Giannis Antetokounmpo yang terus menunjukkan performa terbaiknya. Di sisi lain, Timberwolves harus menelan kekalahan yang mengecewakan, mengingat mereka berada di persaingan ketat untuk posisi playoff di Wilayah Barat. 

 

Dengan hasil ini, Bucks semakin memperkokoh posisinya di puncak klasemen Wilayah Timur, sementara Timberwolves harus segera bangkit untuk memperbaiki posisi mereka di Wilayah Barat. Kedua tim akan bertanding kembali pada hari Kamis, dengan Timberwolves bertandang ke Memphis dan Bucks menjamu New Orleans.

 

Momen Penting 

Ketika Timberwolves unggul 95-71, AJ Green dari Bucks mencetak tiga angka untuk memulai laju 23-0 yang menjadi kunci kebangkitan tim. Portis dan Porter menjadi tokoh penentu dalam akhir pertandingan yang mendebarkan ini. 

 

Statistik Penting

Milwaukee mengungguli Minnesota 39-8 dalam 10 menit terakhir pertandingan, sebuah bukti betapa efektifnya mereka dalam mengubah jalannya permainan di kuarter keempat.

 

Kamis, 10 April 2025

NBA
Basket Bal...
Bisakah LeBron James dan Luka Donči...

Jakarta, Hangoutproject.id - Di kota yang penuh drama dan kejutan seperti Los Angeles, kisah tentang kebangkitan selalu punya tempat. Kini, giliran LeBron James dan Luka Dončić yang mencoba menulis babak baru — atau mungkin terakhir — dari saga mereka bersama Lakers. Ketertinggalan 3-1 dari Minnesota Timberwolves di putaran pertama playoff bukan hanya lubang besar, tapi jurang yang bisa menelan musim mereka seluruhnya. 

 

Dilansir dari nba.com, duet Luka-LeBron dibentuk untuk momen seperti ini. Kedua pemain bintang ini datang dengan reputasi besar, pengalaman segunung, dan ekspektasi setinggi langit. Tapi sejauh ini, panggung malah dikuasai oleh Anthony Edwards — bintang muda Wolves yang bermain seperti superstar sejati. Dia mendominasi fisik dan emosi seri ini, memukul dada dan menantang siapapun yang mencoba melawannya. 

 

Namun, jangan pernah menutup buku sebelum cerita benar-benar selesai. LeBron James, pemain yang telah membalikkan situasi mustahil di Final 2016, masih ada di lapangan. Luka Dončić, raja triple-double yang selalu menemukan cara mencetak angka meski dijaga ketat, belum menyerah. 

 

 

Mereka Masih Punya Peluang, Tapi … 

Fakta tak bisa disangkal: Lakers tertinggal 3-1, dan dalam semua kuarter keempat sepanjang seri ini, mereka terlihat kalah tenaga dan kalah tajam. Wolves unggul telak 105-69 dalam akumulasi poin di kuarter penutup, dan Luka-LeBron hanya menembak gabungan 12 dari 37 di momen-momen krusial tersebut. 

 

LeBron bahkan tidak mencetak satu poin pun di kuarter keempat Game 4 — sesuatu yang jarang terjadi dalam karir playoff-nya. Apakah ini soal usia, stamina, atau strategi? James menepis isu kelelahan, menyebut kegagalan menyelesaikan peluang sebagai penyebab utamanya. Tapi apakah benar sesederhana itu? 

 

 

Luka & LeBron Masih Menyala — Secara Statistik 

Secara individu, keduanya tetap mencetak angka besar. Luka memimpin seluruh pemain di seri ini dengan rata-rata 30,8 poin per game, meski harus melawan tembok bernama Jaden McDaniels setiap malam.

 

LeBron, di usia 40, masih mencatatkan angka luar biasa: 26,3 poin, 9,5 rebound, 5,5 assist, dan bahkan 2,3 blok per game. Efisiensinya juga tinggi: 50,7% dari lapangan dan hampir 40% dari tiga angka. 

 

Tapi bola basket bukan hanya soal angka. Ini tentang waktu. Momentum. Eksekusi di detik-detik krusial. Dan disinilah Lakers tertinggal. 

 

 

Masalah yang Tidak Bisa Disembunyikan 

Luka Dončić, meskipun brilian di sisi ofensif, kembali menjadi sasaran empuk di sisi pertahanan. Timberwolves kerap memancing Luka dalam situasi switch, lalu menyerangnya dengan pemain-pemain seperti McDaniels atau Edwards. Ini bukan strategi baru — Celtics melakukan hal yang sama tahun lalu di Final. Dan hasilnya? Luka kembali terlihat kewalahan. 

 

Lebih parah lagi, Lakers kehilangan perlindungan ring yang signifikan. Tanpa Anthony Davis, dan dengan rotasi tim minim dari pelatih JJ Redick, tim ini nyaris tidak punya pelindung cat saat dibutuhkan. Redick bahkan mempertaruhkan segalanya di Game 4 dengan hanya memainkan lima pemain di babak kedua. Taruhan yang mahal jika berakhir dengan kekalahan. 

 

 

Misi Mustahil? Belum Tentu 

Mari kita realistis: Lakers harus menang tiga kali berturut-turut, termasuk satu kali di Minneapolis — tempat yang sangat bersuara dan tidak ramah. Tapi seperti yang pernah dikatakan LeBron, “Sampai peluit akhir, saya tidak pernah berpikir kami kalah.” 

 

Ini waktunya bagi pasangan superstar ini untuk membuktikan nilai mereka. Luka harus bermain cerdas, tidak terjebak memburu Gobert di isolasi yang tidak efektif. LeBron harus mengambil alih kuarter keempat seperti yang selalu ia lakukan selama dua dekade. Dan pelatih Redick harus menemukan cara untuk memberi nafas pemainnya tanpa kehilangan momentum. 

 

Jika berhasil? Maka inilah kisah comeback yang layak dijadikan dokumenter Netflix. 

 

Jika gagal? Maka pertanyaan baru akan muncul: Beberapa banyak musim lagi yang tersisa 

untuk LeBron? Dan apakah pasangan ini memang ditakdirkan untuk hanya sekedar “nyari”? 

 

Untuk sekarang, jawabannya hanya satu: ini saatnya bangkit — atau tenggelam.

Rabu, 30 April 2025

NBA
Basket Bal...
Stephon Castle dan Zaccharie Risach...

Jakarta, Hangoutproject.id - Musim rookie NBA 2024-25 ditutup dengan sorotan terang bagi dua nama yang sejak awal sudah jadi perbincangan: Stephon Castle dan Zaccharie Risacher. Keduanya tak hanya menunjukkan potensi besar di tahun pertama mereka di liga, tetapi juga berhasil mengukuhkan diri sebagai bagian dari Kia NBA All-Rookie First Team — penghargaan prestisius bagi para pendatang baru terbaik di NBA. 

 

Castle Rookie of The Year Sekaligus Pemain All-Rookie Pilihan Unanimous 

Dilansir dari nba.com Stephon Castle, guard tangguh dari San Antonio Spurs, menyapu bersih semua suara First Team dari 100 panelis media global. Tak hanya terpilih sebagai anggota First Team, Castle juga dinobatkan sebagai NBA Rookie of The Year 2024-25 versi Kia, menjadikannya bintang terang dalam masa pembangunan ulang Spurs. 

 

Dikenal dengan insting bertahan yang tajam, IQ basket yang tinggi, dan ketenangan dalam tekanan, Castle bukan hanya unggul secara statistik — ia juga jadi figur kunci dalam identitas timnya. Pilihan ini semakin menegaskan bahwa Spurs menemukan permata sejati di draft tahun lalu. 

 

Risacher dan Sarr, Duet Prancis Cetak Sejarah 

Bergabung bersama Castle di First team adalah Zaccharie Risacher, pilihan pertama NBA Draft 2024 dan tulang punggung masa depan Atlanta Hawks. Forward asal Prancis ini tampil konsisten sepanjang musim, menunjukkan kemampuan dua arah yang mengesankan — mampu mencetak angka dan menjaga perimeter lawan dengan efektif. 

 

Tak kalah mengejutkan, kompatriotnya sesama Prancis, Alex Sarr dari Washington Wizards, juga masuk ke dalam First Team. Keduanya menorehkan sejarah sebagai dua pemain dari negara non-Amerika yang sama pertama kali berhasil masuk ke All-Rookie First Team di musim yang sama. Dunia benar-benar menyaksikan kebangkitan generasi emas bola basket Prancis. 

 

Dominasi Rookie di Memphis 

Satu lagi catatan bersejarah datang dari Memphis Grizzlies, yang menempatkan dua rookie sekaligus di First Team: center raksasa Zach Edey dan forward serba bisa Jaylen Wells. Ini menjadi kali pertama sejak musim 2019-20 — saat mereka memiliki Ja Morant dan Brandon Clarke — Grizzlies mencetak dua nama di All-Rookie First Team. 

 

Kehadiran Edey dan Wells memperlihatkan masa depan cerah Memphis yang siap bersaing lagi di papan atas. 

 

Tim Kedua yang Tak Kalah Menarik 

Meski tak masuk ke First Team, para pemain di Kia NBA All-Rookie Second Team juga tampil menjanjikan. Di antaranya: 

 

- Matas Buzelis (Chicago Bulls), forward kreatif dengan kemampuan shooting yang mumpuni, 

- Bub Carrington (Wizards), guard cerdas yang memberi keseimbangan pada permainan Washington, 

- Donovan Clingan (Portland Trail Blazers), center defensif yang jadi pelindung ring andalan, 

- Yves Missi (New Orleans Pelicans), dan 

- Kel’el Ware (Miami Heat), dua big man dengan potensi besar di bawah ring.

 

Perlu dicatat, dengan masuknya Sarr di First Team dan Carrington di Second Team, Wizards mencatat rekor unik: kembali memiliki dua rookie dalam All-Rookie Team untuk pertama kalinya sejak musim 1963-64. 

 

Generasi Baru Siap Mengambil Alih 

Daftar Kia NBA All-Rookie Team 2024-25 ini bukan sekedar penghargaan, tapi juga pertanda bahwa generasi baru pemain muda sedang bersiap mengambil alih panggung liga. Dari Castle yang memimpin Spurs ke arah baru, Risacher yang jadi wajah masa depan Hawks, hingga talenta global seperti Sarr dan Edey — masa depan NBA terlihat cerah dan penuh warna

 

Tak sabar menantikan langkah besar selanjutnya dari para bintang muda ini.

Rabu, 21 Mei 2025

NBA
Basket Bal...
Final NBA 2025: Pacers Mengejutkan...

Indiana Pacers sedang menulis kisah dongeng NBA modern. Setelah satu musim penuh kerja keras, pertumbuhan, dan perjuangan, mereka kini berdiri di panggung terbesar bola basket dunia — Final NBA 2025 — bukan sebagai favorit, tetapi sebagai bukti bahwa determinasi dan kolektivitas bisa menembus batas apapun. 

 

 

Jakarta, Hangoutproject.id - Jika Anda bertanya pada para pengamat, penggemar, bahkan pada para bandar taruhan di awal musim, hanya sedikit yang akan menyebut Indiana Pacers sebagai calon finalis NBA. Tapi disinilah mereka — mewakili Wilayah Timur, siap bertarung demi cincin juara. 

 

Kisah ini, seperti banyak kisah besar lainnya, bukan soal awal yang sempurna. Bahkan sebaliknya. Musim lalu, Pacers disapu bersih oleh Boston Celtics dalam final Wilayah Timur. Saat itu, mereka dianggap terlalu muda, terlalu lemah dalam bertahan, dan belum siap berada di level tertinggi. Tapi kekalahan itu menjadi bahan bakar. Dan setahun kemudian, mereka kembali, bukan hanya lebih siap — tetapi jauh lebih berbahaya. 

 

Dari Keruntuhan Menjadi Kekuatan 

“Kami mencapai titik yang sama tahun lalu, gagal, dan kami bekerja keras untuk kembali ke sini,” ucap Tyrese Haliburton, jenderal lapangan sekaligus wajah masa depan tim ini. Ia bukan hanya pemain, tapi simbol transformasi Pacers dari tim ofensif yang longgar jadi skuad yang disiplin dan tangguh. 

 

Dilansir dari nba.com pada musim reguler 2024-25, mereka memangkas lebih dari lima poin dari rata-rata kebobolan mereka dibanding musim sebelumnya. Ofensif Pacers sedikit menurun dari posisi ke-2 ke ke-9, tetapi pertahanan mereka melonjak dari peringkat 24 ke 14. Mereka tak hanya menang karena mencetak banyak poin. Mereka menang karena mulai bisa menghentikan lawan. 

 

“Kami menjadi lebih besar, lebih kuat secara mental, dan semua orang membeli visi bahwa bertahan itu penting,” kata pelatih Rick Carlisle. Penambahan Pascal Siakam melalui perdagangan di Februari 2024 membawa dampak besar. Bersama Myles Turner, Aaron Nesmith, dan Andrew Nembhard, Indiana kini punya identitas bertahan yang nyata. 

 

Kolektivitas, Kunci Segalanya 

Pacers bukan tim satu bintang. Mereka bukan tim dengan satu pencetak 40 poin per malam. Mereka adalah tim yang mengeksekusi. Yang mengalirkan bola. Yang mempercayai sistem. Tujuh pemain mencetak rata-rata dua digit angka. Dan mereka menang entah ketika Haliburton membara, atau ketika Nesmith dan Nembhard tiba-tiba jadi pemecah kebuntuan. 

 

“Kami berbeda dari semua tim lain,” ujar Haliburton dengan bangga. “Kami menang dengan banyak cara berbeda.” 

 

Lihat saja Game 6 melawan Knicks: Nembhard, bukan Haliburton, yang jadi bintang. Ia menekan Jalen Brunson sepanjang malam, mencetak 14 poin, delapan assist, dan mencuri bola enam kali. Itu bukan kejutan bagi mereka yang tahu: setiap pemain di Pacers siap naik ke panggung kapan saja. 

 

Carlisle menegaskan: “Permainan yang menentukan seri seringkali bukan tentang triple-double. Itu tentang usaha tanpa bola, tekanan, dan pengorbanan.” 

 

Dari Posisi 10 ke Panggung Tertinggi 

Ini bukan perjalanan mulus. Pada awal Desember, Indiana punya rekor 10-15, duduk di peringkat ke-10 dan tampak akan mengulang musim mengecewakan. Tapi mulai Januari, segalanya berubah. Mereka menutup musim dengan rekor 34-14 dan kini memiliki catatan gabungan 46-18 sejak Tahun Baru — hanya kalah dari Oklahoma City Thunder. 

 

Dan ya, Thunder-lah lawan mereka di Final. Sebuah tim muda luar biasa dengan performa dominan sepanjang musim. Semua statistik, semua prediksi, semua “pakar” menjagokan OKC. Tapi Pacers sudah terbiasa berada di sisi yang diragukan. 

 

Mereka menggulingkan unggulan #1 Cleveland dalam lima pertandingan, meredam serangan New York Knicks, dan sekarang siap melawan gelombang terakhir. Mereka bukan tim yang dimanja harapan besar — mereka tim yang tumbuh dalam ketidakpercayaan. 

 

Kesempatan Terakhir, Momen Tak Terlupakan 

Final NBA bukan sekedar pertandingan. Ini panggung untuk warisan. Dan bagi Pacers, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk mengukir cerita tak terlupakan. 

 

Mereka adalah tim yang menyusun ulang narasi mereka sendiri. Dari tim yang kebobolan 130 poin semalam, menjadi tim yang mampu menekan di seluruh lapangan selama 48 menit. Dari kelompok pemain muda berbakat tanpa arah, menjadi kolektif yang terlatih, solid, dan siap menang. 

 

Di dunia olahraga, tidak ada yang lebih menginspirasi dari pada underdog yang tidak hanya bermimpi, tapi juga membuatnya nyata. Pacers 2025 adalah cerita itu. Dan Final NBA ini, bukan akhir kisah mereka — ini adalah klimaksnya. 

 

Seperti yang dikatakan Haliburton: 

“Kami disini bukan untuk membuktikan siapa kami pada dunia. Kami sudah tahu itu. Kami hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kami mulai.” 

 

Dan siapapun yang mencintai bola basket, tahu — tidak ada tempat yang lebih indah untuk menyelesaikan cerita selain di Final.

Selasa, 3 Juni 2025

NBA
Basket Bal...