Darts Legend
“Kematian Eric Bristow Sangat Memuk...

Jakarta, Hangoutproject.id - Dalam dunia olahraga yang penuh persaingan ketat, ada kisah-kisah yang tidak hanya berhenti di angka dan trofi. Salah satunya adalah kisah cinta-benci antara dua legenda darts Inggris. Eric Bristow dan Bobby George. Rival sengit di atas panggung, namun sahabat dalam kekacauan kehidupan. Ketika Bristow meninggal secara mendadak pada 5 April 2018, dunia darts tak hanya kehilangan seorang juara – mereka kehilangan jiwa. 

 

“Kematian Eric Bristow sangat memukul saya. Dia baru berusia 60 tahun, demi Tuhan,” tulis Bobby George dalam memoarnya, Still Here! The King of Bling. “Saya sudah mengenalnya sejak ia remaja – dan ia tidak pernah berubah.” 

 

 

Rivalitas yang Memanas, Persahabatan yang Tak Pernah Padam

Dilansir dari dartsnews.com, Eric Bristow dan Bobby George bukan hanya pemain darts – mereka adalah karakter. Bristow, dengan julukan The Crafty Cockney, dikenal sebagai pengganggu ulung. Sementara George, dengan gaya flamboyan dan perhiasan mencolok, adalah raja panggung. Keduanya sering bersitegang, namun di balik semua itu, ada fondasi rasa hormat dan kasih yang unik. 

 

“Dia bisa menjadi pengganggu dan kami punya beberapa masalah serius selama bertahun-tahun,” kenang George. “Tapi sebagian besar waktu, dia adalah teman saya. Kami punya banyak momen menyenangkan bersama.” 

 

Salah satu momen itu – meski lebih mendekati skandal – terjadi di Amerika Serikat, ketika Bristow pura-pura menyeka pantatnya dengan bendera Stars and Stripes. Aksi yang memicu ketegangan serius dan hampir berakhir dengan kericuhan. Tapi begitulah Bristow – seorang seniman kekacauan yang hidup untuk kehebohan. 

 

 

Hidup Seperti Roket, Berakhir dengan Dentuman 

Bristow wafat akibat serangan jantung, di usia yang bagi Bobby George terasa terlalu muda untuk seorang pejuang. Ia bahkan dijadwalkan tampil di acara Premier League Darts malam itu di Liverpool – membuktikan bahwa hingga akhir hayatnya, Bristow tetap berada di jantung panggung. 

 

Gaya hidup Bristow yang tanpa rem sudah menjadi rahasia umum. George mengenangnya sebagai perokok berat yang merokok lintingan sendiri, peminum tangguh yang sanggup menenggak hingga 16 gelas Guinness dalam sehari, diakhiri dengan kari. “Tidak ada tubuh yang sanggup menahan itu setiap hari,” tulis George. 

 

“Saya suka minum dan merokok,” tambah George, “tapi Eric? Dia membawanya ke level lain. Saya pernah memperingatkannya. Tapi dia hanya berkata, ‘Bob, tak ada yang akan mendorong saya di kursi roda. Saat saya buang air, saya akan buang air seperti itu. Bang.” Dan dia benar-benar melakukannya. Bang.” 

 

 

Lebih dari Seorang Juara 

Bristow bukan sekedar lima kali Juara Dunia dan lima kali juara World Masters. Ia adalah ikon budaya – perwujudan era darts tahun 1980-an. Dengan bir di satu tangan, rokok di tangan lainnya, dan mulut yang tak kenal sensor, ia mendobrak batas antara olahraga dan hiburan. 

 

Dialah yang mendorong darts dari pub ke layar televisi. Ia juga mentor bagi legenda berikutnya, seperti Phil Taylor, yang kemudian menjadi GOAT sejati olahraga ini. Bristow mungkin hidup tanpa rem, tapi warisannya justru membangun jalan bagi generasi masa depan. 

 

 

Warisan yang Tak Akan Mati 

Bristow pernah menulis dalam autobiografinya The Crafty Cockney

“Jika saya memiliki hidup lagi, saya tidak akan mengubah apa pun – kecuali satu atau dua wanita yang saya ajak keluar.” 

 

Kalimat itu merangkum hidup Bristow: nyentrik, jujur, dan tanpa penyesalan. Dan bagi Bobby George – rival sekaligus sahabat sejatinya – kepergian Bristow bukan sekedar akhir dari sebuah era, tapi juga kehilangan sepotong hidupnya sendiri. 

 

“Kami tidak selalu akur. Tapi kami selalu saling mengerti.” 

 

Di dunia yang terus berubah, kish Bristow dan George tetap tak lekang oleh waktu – kisah dua pria, dua kepribadian besar, dan satu cinta tak terucap untuk dunia yang mereka bantu bentuk: darts.

Selasa, 10 Juni 2025

Darts
Hangoutpro...