Jakarta, Hangouotproject.id - Dunia sepak bola berduka atas kepergian Leo Beenhakker, pelatih legendaris asal Belanda yang tutup usia pada umur 82 tahun. Beenhakker dikenal sebagai sosok pelatih berpengalaman yang pernah menangani beberapa klub besar seperti Real Madrid, Ajax Amsterdam, hingga tim nasional Belanda.
Karir yang Panjang dan Berprestasi
Dilansir dari goal.com, selama lebih dari 50 tahun, Beenhakker menjalani karir kepelatihan yang luar biasa. Ia pernah melatih klub-klub ternama seperti Real Madrid, Ajax Feyenoord, serta timnas Belanda, Polandia, Arab Saudi, dan bahkan Trinidad dan Tobago. Prestasinya tidak main-main — ia sukses meraih tiga gelar La Liga bersama Real Madrid dan dua gelar Eredivisie bersama Ajax.
Di Piala Dunia 2006, Beenhakker membawa Trinidad dan Tobago tampil untuk pertama kalinya dalam sejarah turnamen tersebut. Atas jasanya, ia dianugerahi Medali Chaconia (Kelas Emas), penghargaan tertinggi kedua dari negara tersebut.
Ucapan Belasungkawa Mengalir
Berita kepergiannya pada Kamis, 10 April, langsung mengundang ucapan duka dari berbagai pihak. Ajax menyatakan:
“Ajax mengucapkan belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan orang-orang terkasih Leo Beenhakker. Beenhakker adalah ikon pelatih dan sosok yang benar-benar unik di Ajax.”
Real Madrid pun menyampaikan penghormatan mereka:
“Real Madrid C.F., serta presiden dan dewan direksi, sangat berduka atas meninggalnya Leo Beenhakker, pelatih legendaris Real Madrid. Kami menyampaikan belasungkawa dan kasih sayang kepada keluarganya, bekas klubnya, dan orang-orang terkasihnya.”
Sosok yang Akan Selalu Dikenang
Leo Beenhakker dikenal bukan hanya karena prestasinya, tapi juga karena pandangannya tentang sepak bola yang menyentuh banyak orang. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah: “Sepakbola harus menghibur. Ini bukan cuma soal menang, tapi juga soal bagaimana bisa menang.”
Kini, dunia kehilangan salah satu tokoh penting dalam sejarah sepak bola. Warisan dan semangatnya akan terus hidup dalam hati para pemain, pelatih, dan penggemar di seluruh dunia.
Jumat, 11 April 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Dilansir dari goal.com, Real Madrid sedang bersiap memasuki era baru. Saat publik masih berharap-harap cemas menantikan kedatangan Xabi Alonso, justru nama lain yang lebih dulu muncul ke permukaan. Bukan mantan gelandang elegan yang kini menukangi Bayer Leverkusen itu, melainkan sosok lama yang sudah sangat mengenal atmosfer Bernabéu: Santiago Solari.
Ya, Real Madrid resmi menunjuk Solari sebagai pelatih sementara untuk menggantikan Carlo Ancelotti dalam waktu dekat, khususnya untuk menghadapi tantangan di Piala Dunia Antarklub pada bulan Juni mendatang di Amerika Serikat.
Ancelotti Pergi, Solari Kembali
Keputusan ini datang seiring kabar bahwa Ancelotti akan meninggalkan kursi pelatih di akhir musim. Meskipun kontraknya baru akan habis tahun 2026, pelatih asal Italia itu telah memberi sinyal kuat bahwa dirinya siap menerima tantangan baru bersama timnas Brasil — pekerjaan yang sudah lama dikaitkan dengannya.
Ancelotti memang meninggalkan warisan besar di Real Madrid. Tak ada pelatih yang bisa menandingi koleksi trofi yang ia raih untuk klub, termasuk dua gelar Liga Champions. Namun, musim ini berjalan tidak semulus biasanya. Madrid terancam mengakhiri musim tanpa trofi, dan tekanan mulai terasa di kursi panas pelatih.
Santiago Solari, yang kini menjabat sebagai direktur sepakbola klub, ditunjuk sebagai juru taktik sementara. Ia bukan orang asing di ruang ganti Madrid. Pada 2018/19, Solari sempat memimpin tim selama 32 pertandingan setelah Julen Lopetegui dipecat. Kini, ia kembali ke pinggir lapangan — meskipun hanya untuk sementara.
Xabi Alonso Tunggu Waktu yang Tepat
Xabi Alonso memang santer disebut sebagai suksesor jangka panjang Ancelotti. Namun, sang pelatih muda yang bersinar bersama Leverkusen itu memilih untuk menunda kedatangannya hingga setelah Piala Dunia Antarklub.
Ada dua alasan utama. Pertama, Alonso ingin beristirahat sejenak usai menyelesaikan musim Bundesliga bersama Leverkusen, yang akan ditutup pada 17 Mei melawan Mainz. Kedua, ia lebih memilih masuk ke klub dalam kondisi yang stabil, bukan langsung terjun ke turnamen besar dengan skuad yang mungkin tidak lengkap karena cedera dan kelelahan.
Ini adalah langkah matang dari Xabi. Sebagai mantan pemain Madrid dan juara Liga Champions, ia tahu betul bahwa memimpin klub sebesar Los Blancos bukan perkara instan. Ia ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, dari perencanaan taktik hingga pemahaman terhadap karakter para pemain.
Sisa Waktu Ancelotti
Carlo Ancelotti masih punya lima laga terakhir untuk mempersembahkan penutup manis dalam petualangannya di ibu kota Spanyol. Real Madrid tertinggal empat poin dari rival abadi Barcelona di La Liga, dan laga melawan Celta Vigo pada 4 Mei akan menjadi salah satu upaya terakhir untuk menekan sang pemuncak klasemen.
Meski langkah menuju gelar tampak sulit, para pemain Madrid tentu ingin memberi salam perpisahan yang layak untuk sang pelatih legendaris. Dan siapa tahu, Ancelotti bisa memberi kejutan terakhir sebelum benar-benar angkat koper ke Brasil.
Era Baru Menanti
Dengan Solari mengambil alih sementara dan Xabi Alonso dipersiapkan sebagai arsitek masa depan, Real Madrid tengah melakukan transisi yang sangat hati-hati. Klub ini tahu, membangun dinasti baru butuh lebih dari sekedar nama besar — dibutuhkan kesinambungan, strategi jangka panjang, dan tentu saja, sentuhan magis di pinggir lapangan.
Madrid sudah mempersiapkan fondasi pemain muda seperti Jude Bellingham, Eduardo Camavinga, hingga Vinicius Junior. Kini mereka hanya butuh pelatih yang tepat untuk menyatukan semuanya.
Dan jika semuanya berjalan sesuai rencana, nama Xabi Alonso bisa menjadi legenda di Madrid — kali ini bukan sebagai jenderal lini tengah, tapi sebagai komando dari pinggir lapangan.
Rabu, 30 April 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Dalam atmosfer panas semifinal Liga Champions di Emirates, Ousmane Dembélé tampil sebagai pembeda. Gol tunggalnya di menit keempat memastikan kemenangan 1-0 Paris Saint-Germain atas Arsenal, sekaligus memberi pelajaran mahal bagi The Gunners: inilah yang terjadi ketika Anda kekurangan penyerang kelas dunia.
Dilansir dari espn.com, Dembélé, yang musim ini terlibat dalam 45 gol dari 45 pertandingan, menancapkan ketajamannya di pentas Eropa dengan penyelesaian klinis ke tiang dekat David Raya. Gol ke-25-nya musim ini bukan sekedar angka, melainkan cerminan dari apa yang Arsenal dambakan sejak awal musim — seorang penyerang yang tak butuh banyak peluang untuk mencetak gol.
Arsenal Menatap Cermin
Arsenal memang bukan tanpa peluang. Gabriel Martinelli dan Leandro Trossard memaksa Gianluigi Donnarumma bekerja keras, dan gol Mikel Merino sempat membuat publik Emirates bergemuruh sebelum dianulir karena offside. Namun, di laga sebesar ini, margin tipis adalah segalanya. PSG punya Dembélé, Arsenal hanya punya hampir.
Absennya Kai Havertz dan Gabriel Jesus karena cedera memaksa Mikel Arteta mengutak-atik lini serang. Trossard didorong bermain sebagai penyerang tengah, namun meski rajin bergerak, ketajaman nyata tetap absen. Merino, yang awalnya mengisi posisi itu dengan baik, harus turun kembali ke lini tengah karena skorsing Thomas Partey. Ketimpangan itulah yang dimanfaatkan PSG, terutama saat Nuno Mendes memecah pertahanan Arsenal dan memberi umpan matang kepada Dembélé.
Kesalahan Lama, Harga Mahal
Keputusan Arsenal untuk tidak serius mengejar striker baru pada musim panas lalu — atau Januari ketika upaya mendatangkan Ollie Watkins ditolak Aston Villa — kini kembali menghantui. Kemenangan ini menjadi bukti sahih betapa pentingnya memiliki penyerang yang tak hanya tajam, tapi juga bisa mencetak gol saat dibutuhkan.
Masih ada 90 menit tersisa di Paris, tetapi jika Arsenal gagal membalikkan keadaan, maka musim ini akan ditandai dengan satu penyesalan: tidak punya Dembélé mereka sendiri.
PSG: Pembunuh Tim Inggris
Kemenangan atas Arsenal menambah daftar panjang klub Liga Inggris yang dikalahkan PSG musim ini. Sebelumnya ada Manchester City, Liverpool, dan Aston Villa. Tim asuhan Luis Enrique kini tinggal selangkah lagi menuju final Liga Champions di Munich, dengan Dembélé dan Kvaratskhelia menjadi senjata mematikan mereka.
Kvaratskhelia, dalam duel sayap yang penuh sorotan, mengungguli Bukayo Saka di sisi lapangan. Pemain Georgia itu beberapa kali mempermalukan bek Arsenal dan menciptakan peluang termasuk assist untuk gol pembuka. Saka, meski berusaha terlibat, gagal tampil seefektif biasanya.
Kedalaman vs Kelelahan
Saat PSG bisa memasukkan pemain seperti Bradley Barcola dan Gonçalo Ramos dari bangkku cadangan, Arsenal hanya bisa berharap pada para pemain muda akademi dan pinjaman bermasalah. Ketimpangan dalam kedalaman skuad menjadi faktor besar dalam duel ini. Nwaneri masuk di menit akhir hanya sebagai penegas minimnya opsi nyata di lini depan.
Namun, belum semuanya hilang. Thomas Partey akan kembali di leg kedua, dan Arteta punya waktu untuk mempersiapkan respons. Tapi jika Arsenal gagal di Paris, mereka tahu siapa yang jadi pembeda — dan mengapa mereka harus lebih tegas dalam urusan transfer musim panas nanti.
Karena dalam pertandingan sebesar ini, satu Dembélé bisa membuat semua perbedaan.
Jumat, 2 Mei 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Sebuah era berakhir di Anfield. Setelah dua dekade mengenakan seragam merah kebanggaan Merseyside, Trent Alexander-Arnold secara resmi mengumumkan bahwa dirinya akan meninggalkan Liverpool FC pada akhir musim ini. Bek kanan andalan The Reds itu siap memulai babak baru dalam karirnya, dan seperti yang telah lama dirumorkan, ia akan bergabung dengan Real Madrid.
Akhir dari Perjalanan 20 Tahun
Dilansir dari goal.com, Trent, yang merupakan produk asli akademi Liverpool, mengumumkan keputusannya melalui unggahan emosional di media sosial. Dalam pernyataannya, pemain berusia 25 tahun itu menyebut keputusannya meninggalkan klub sebagai yang “terberat dalam hidupnya.”
“Klub ini telah menjadi dunia saya selama 20 tahun. Dari akademi hingga sekarang, dukungan dan cinta yang saya rasakan dari semua orang di dalam dan luar klub akan selalu saya bawa seumur hidup,” tulisnya.
Trent juga mengakui bahwa keputusannya didorong oleh keinginan untuk mencari tantangan baru, keluar dari zona nyaman, dan mengembangkan diri secara profesional maupun pribadi.
Menuju Santiago Bernabéu
Tujuan selanjutnya sudah jelas: Real Madrid. Menurut laporan jurnalis ternama Fabrizio Romano, Alexander-Arnold akan menandatangani kontrak lima tahun bersama Los Blancos, dan kesepakatan secara verbal telah tercapai.
Ia akan bergabung dengan kompatriotnya di timnas Inggris, Jude Bellingham, dan menjadi bagian dari proyek jangka panjang Madrid yang kini semakin solid dengan banyak pemain muda berbakat.
Masih Ada Tiga Pertandingan
Meski sudah mengumumkan kepergiannya, Alexander-Arnold belum sepenuhnya pamit. Liverpool masih memiliki tiga pertandingan tersisa musim ini: menghadapi Arsenal, Brighton, dan Crystal Palace. Sang bek akan mencoba menutup karirnya di Anfield dengan penuh kehormatan, membawa The Reds menyelesaikan musim sebaik mungkin.
Warisan dan Pengaruh
Sejak debutnya pada 2016, Trent telah menjadi sosok penting dalam keberhasilan Liverpool. Ia turut membantu klub meraih berbagai gelar bergengsi, termasuk Liga Champions, Liga Inggris, Piala FA, dan Piala Dunia Antarklub. Lebih dari sekedar bek kanan, ia merevolusi peran tersebut dengan kemampuan umpan dan visi bermainnya yang luar biasa.
Kepergiannya tentu meninggalkan ruang besar, tidak hanya di lini pertahanan Liverpool, tetapi juga di hati para pendukung setia.
Trent Alexander-Arnold bukan hanya pemain, tapi juga simbol dari impian yang menjadi nyata: seorang bocah lokal yang tumbuh besar menjadi legenda klub. Kini, ia memulai petualangan baru di Spanyol bersama Real Madrid. Meski akan mengenakan warna putih musim depan, merah Liverpool akan selalu menjadi bagian dari jiwanya.
Selamat jalan Trent! Anfield akan selalu menjadi rumah mu.
Selasa, 6 Mei 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Pelatih kepala Manchester United, Ruben Amorim, mengirimkan sinyal tegas kepada para peminat Bruno Fernandes. Di tengah derasnya rayuan dari klub Arab Saudi, Amorim menyatakan dengan lugas bahwa sang kapten adalah bagian tak terpisahkan dari rencana masa depannya di Old Trafford.
Dilansir dari bbc.com, rumor ketertarikan dari Liga Pro Saudi, khususnya dari raksasa Al-Hilal, memang santer beredar. Klub kaya raya tersebut dikabarkan siap menggelontorkan gaji fantastis demi memboyong playmaker Portugal berusia 30 tahun itu sebelum gelaran Piala Dunia Antarklub bulan depan.
Namun, Amorim tak gentar dengan tawaran menggiurkan tersebut. Ia sadar betul bahwa mempertahankan pemain sekaliber Fernandes adalah kunci untuk membangun kembali skuad Manchester United yang lebih kompetitif di musim panas mendatang. Situasi ini akan semakin krusial jika Setan Merah gagal meraih trofi Liga Eropa dan mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan.
“Ide kami tidak berubah,” ujar Amorim dengan nada mantap. “Kami ingin mempertahankan pemain terbaik - dan Bruno jelas merupakan salah satu pemain terbaik di dunia. Kami ingin Bruno di sini.”
Statistik mentereng Fernandes musim ini menjadi bukti betapa vitalnya perannya di lini tengah United. Dengan torehan 19 gol dan 18 assist sejauh ini, kontribusinya tak hanya sebatas angka.
“Mudah untuk memahami [kepentingannya] - bukan hanya karena jumlahnya tetapi juga cara dia bermain dan pentingnya dia selama lima tahun di sini,” tambah Amorim. “Wajar jika banyak klub menginginkan pemain seperti Bruno. Dia adalah seorang pemimpin dan kapten, jadi dia sangat penting. Dia adalah pemain top, kami membutuhkan pemain top.”
Saat ini, Manchester United berada di ambang final Liga Eropa setelah meraih kemenangan telak 3-0 di leg pertama semifinal melawan Athletic Bilbao. Catatan impresif menunjukkan bahwa tim yang menang dengan selisih tiga gol atau lebih di leg tandang dalam kompetisi Eropa selalu berhasil melaju ke babak selanjutnya.
Namun, Amorim enggan terlena dengan keunggulan tersebut. Ia berkaca pada inkonsistensi timnya sepanjang musim ini, di mana keunggulan bisa sirna dalam sekejap. Contohnya, saat nyaris tersingkir dari Coventry di semifinal Piala FA dan drama comeback melawan Lyon di Liga Eropa.
“Jika Anda melihat musim kami, apa pun mungkin terjadi,” kata Amorim dengan nada waspada. “Kami tidak bisa mengatakan hari ini apa yang akan terjadi.”
“Terkadang bukan tim seperti apa yang akan kami hadapi besok. Terkadang selama pertandingan kami adalah satu tim, lalu sesuatu terjadi dan kami sedikit kehilangan akal.”
“Saya merasa kami perlu mencetak gol untuk melaju ke babak berikutnya. Kami harus sedikit menderita untuk bisa melaju ke final.”
Ketidakpastian performa inilah yang sempat membuat Amorim melontarkan kritik pedas kepada timnya usai kekalahan memalukan dari Brighton di kandang. Meski mengakui mungkin terlalu keras dalam penilaiannya, Amorim tetap merasa bahwa performa timnya musim ini jauh dari harapan.
“Saya pikir Anda harus melihat kutipannya saat ini dan banyak hal dapat berubah tetapi jika Anda melihat Liga Premier, saya pikir kami adalah tim terburuk dalam hal hasil,” ujarnya jujur. “Pada akhir musim, kami bisa menjadi tim terburuk dalam sejarah Liga Premier dengan gelar Eropa. Kami tahu musim ini benar-benar mengecewakan bagi semua orang. Saya merasakannya. Saya masih merasa musim ini adalah yang terburuk, saya tidak mengatakan dalam sejarah tetapi dalam 50 tahun terakhir?”
Terlepas dari segala tantangan dan ketidakpastian, satu hal yang pasti adalah Ruben Amorim ingin membangun masa depan Manchester United dengan Bruno Fernandes sebagai jantung tim. Penolakan tegas terhadap minat Arab Saudi menjadi sinyal kuat bahwa sang kapten adalah aset tak ternilai yang akan dipertahankan mati-matian. Para penggemar United tentu berharap komitmen ini akan berbuah manis di musim-musim mendatang.
Kamis, 8 Mei 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Lippo Mall Kemang menjadi lautan biru-merah dan putih-hitam pada Minggu, 11 Mei 2025. Suasana Avenue of The Stars membara sejak sore, ketika 1264 penggemar sepak bola memadati venue untuk menyaksikan duel akbar: El Clásico antara Barcelona vs Real Madrid. Diselenggarakan oleh beIN Sports dan Vidio, event nonton bareng ini menjadi momen bersejarah yang penuh gairah, semangat, dan tentu saja drama khas sepak bola Spanyol.
Dipandu oleh Mc energik Rizky Amelia dan Aly Akbar, atmosfer acara semakin panas bahkan sebelum kick-off. Penonton disambut dengan berbagai kegiatan seru, mulai dari games juggling bola dengan hadiah eksklusif seperti La Liga Box Kit, long sleeve dan lanyard La Liga, hingga bola resmi El Clasico. Keringat dan tawa mewarnai kompetisi kecil ini, menunjukkan antusiasme fans terhadap si kulit bundar.
Tak hanya itu, keberuntungan juga berpihak pada beberapa penonton lewat lucky draw dengan hadiah menarik, seperti 10 bola resmi La Liga dan 1 La Liga Polo Shirt bertanda tangan legenda sepak bola Steve McManaman—sebuah memorabilia yang langsung menjadi incaran kolektor.
Ketika peluit pertama dibunyikan, sorak sorai menggema dari layar raksasa. Pertandingan berlangsung seru dan menegangkan. Kedua tim saling serang, adu teknik dan strategi kelas dunia. Namun pada akhirnya, Barcelona berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor tipis namun manis: 4-3. Gol demi gol disambut dengan ledakan euforia dari penonton yang tak henti bernyanyi dan meneriakkan nama tim favorit mereka.
Meski rivalitas panas terasa di udara, suasana tetap kondusif dan penuh sportivitas. Ini bukan sekedar pertandingan, tapi selebrasi budaya sepak bola—tempat fans dari dua kubu bisa bersatu dalam cinta yang sama terhadap permainan indah ini.
Nobar El Clasico kali ini bukan hanya soal hasil pertandingan. Ini tentang kebersamaan, gairah yang tak pernah padam, dan semangat fans Indonesia yang selalu all out mendukung tim kebanggaan mereka. Sebuah malam penuh cerita, tawa, dan kenangan yang akan terus hidup—seperti halnya El Clasico itu sendiri.
Sampai jumpa di El Clasico berikutnya. Karena dimana ada sepak bola, disitu ada kita.
Selasa, 13 Mei 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Pada selasa malam yang penuh emosi di Etihad Stadium, Kevin De Bruyne menutup babak penting dalam karirnya bersama Manchester City. tangis haru mewarnai suasana, termasuk dari sang manajer Pep Guardiola, yang menyebut malam itu sebagai “hari yang menyedihkan.” Meskipun pertandingan berakhir dengan kemenangan 3-1 atas Bournemouth, sorotan utama adalah momen perpisahan sang maestro lini tengah yang selama hampir satu dekade telah menenun keajaiban di atas rumput hijau Etihad.
Sebuah Warisan yang Terpatri di Batu dan Hati
Dilansir dari bbc.com, De Bruyne yang kini berusia 33 tahun, tak hanya meninggalkan warisan medali dan statistik gemilang. City mengumumkan akan membangun patung untuk menghormatinya di luar stadion — sebuah pengakuan monumental atas peran pentingnya dalam era keemasan klub. Ia juga mendapatkan jalan di kompleks akademi klub yang dinamai dengan namanya, serta sebuah mural ikonik di Northern Quarter Manchester, tempat kreativitasnya seperti dituangkan dalam bentuk seni.
“Saya akan selalu di sini,” ujar De Bruyne dalam pidato emosionalnya setelah laga. Saya ingin bermain dengan kreativitas dan penuh semangat, dan saya harap semua orang menikmatinya seperti saya.”
Sebuah Pertunjukan yang Hampir Sempurna
Laga terakhirnya di Etihad seolah telah ditulis dengan naskah indah. Chant “Ohh Kevin De Bruyne” menggema, syal dan kaus bernuansa KDB bertebaran, dan para penggemar menanti momen magis terakhir dari sang pengatur serangan. Dan kesempatan itu datang—sebuah bola matang di depan gawang kosong. Namun, momen sempurna itu berubah menjadi drama ketika tendangan De Bruyne justru melambung menyentuh mistar.
“Itu mengerikan,” ujarnya jujur. “Anak saya pasti akan sangat keras kepada saya soal itu.”
Tangisan, Tepuk Tangan dan Pelukan Terakhir
Setelah peluit panjang dibunyikan, layar stadion menampilkan montase kenangan terbaik De Bruyne bersama City, dengan pesan dari para legenda seperti Kompany dan Aguero. Ia kembali ke lapangan bersama istri dan anak-anaknya, disambut tepuk tangan meriah dari para pemain, staf, dan seluruh penjuru tribun. Guardiola, yang terkenal jarang menunjukkan emosi, tak kuasa menahan air mata.
“Ketika Anda pergi setelah 10 tahun dengan rasa hormat sebesar ini, tidak ada yang lebih baik dari itu,” kata Pep. “Ia akan dirindukan. Tak ada keraguan.”
Statistik yang Berbicara
Sejak bergabung dengan City pada 2015, De Bruyne mencatat:
- 283 pertandingan Liga Primer
- 119 assist (tertinggi kedua sepanjang masa di bawah Ryan Giggs)
- 72 gol
- 843 peluang diciptakan (tertinggi di liga sejak 2015)
- 16 medali juara, termasuk 5 gelar Liga Primer
Dengan torehan seperti itu, De Bruyne bukan hanya pemain hebat—ia adalah simbol kreativitas dan konsistensi di level tertinggi sepak bola Inggris.
Siapa Penerusnya?
Langkah De Bruyne selanjutnya mungkin ke MLS bersama Chicago Fire, tapi pertanyaan besar yang muncul: siapa yang bisa menggantikannya? Nama-nama seperti Florian Wirtz dan Morgan Gibbs-White sempat dikaitkan, namun beban terbesar mungkin jatuh ke pundak pemain sendiri—Phil Foden.
“Ia [De Bruyne] tidak tergantikan,” ujar Micah Richards. “Tapi inilah saatnya Foden melangkah maju.”
Satu Dekade yang Abadi
Kevin De Bruyne datang ke Manchester sebagai talenta besar. Ia pergi sebagai legenda abadi. Dalam dunia sepak bola yang serba cepat berubah, ada sedikit sosok yang bisa menyatukan angka, gelar, dan perasaan dalam satu paket. De Bruyne melakukannya—tanpa banyak kata, tanpa kontroversi. Hanya dengan sepak bolanya.
Dan saat ia meninggalkan lapangan Etihad untuk terakhir kalinya, dunia tahu: ini bukan sekedar akhir dari satu laga—ini adalah akhir dari sebuah era.
“Kami ingin kamu bertahan, Kevin De Bruyne…”
Tapi bahkan cinta paling dalam pun harus merelakan kepergian seorang raja.
Rabu, 21 Mei 2025
Jakarta, Hangoutproject.id - Tangis haru, sorak sorai, dan ledakan emosi mewarnai langit San Mamés dini hari tadi. Tottenham Spurs akhirnya meraih kembali kejayaan yang telah mereka rindukan selama 17 tahun, usai mengalahkan Manchester United dengan skor tipis 1-0 di final Liga Europa 2025. Gol semata wayang dari Brennan Johnson tak hanya mengunci kemenangan, tapi juga menutup bab panjang tanpa trofi sejak Piala Liga 2008.
Di bawah bimbingan pelatih asal Australia, Ange Postecoglou, Spurs tampil disiplin dan tangguh dalam laga yang berlangsung tegang. Ini adalah momen klimaks dari musim yang penuh pasang surut — dan Spurs memilih panggung Eropa untuk menulis ulang sejarah mereka.
Gol yang Mengubah Takdir
Dilansir dari goal.com laga berjalan ketat sejak menit pertama, tapi titik balik datang di ujung babak pertama. Berawal dari umpan silang Pape Matar Sarr, bola memantul dari Luke Shaw, mengecoh kiper Andre Onana, dan Johnson—dengan insting tajamnya—berada di tempat yang tepat untuk menyentuh bola sebelum melihatnya bergulir masuk ke gawang.
“Saya tahu menyentuh bola, tapi pantulannya tak sempurna. Saat saya menoleh dan melihat bola masuk, itu momen yang tak bisa dijelaskan,” kata Johnson, pencetak gol kemenangan yang malam itu menjelma jadi legenda dadakan.
Vicario Tangguh, Spurs Tahan Gempuran
Manchester United mencoba bangkit di babak kedua. Gempuran demi gempuran dilancarkan ke pertahanan Spurs. Namun, malam itu Guglielmo Vicario menjelma jadi tembok kokoh di bawah mistar. Penyelamatannya atas sundulan Shaw di menit-menit akhir menjadi momen krusial yang mengamankan trofi.
“Penyelamatan Vicario luar biasa. Itu penyelamatan final.” ujar Johnson memuji sang penjaga gawang.
Akhir dari Penantian, Awal Era Baru?
Bagi Tottenham kemenangan ini lebih dari sekedar trofi. Ini adalah simbol akhir dari keraguan, akhir dari cemooh “Spursy”, dan awal dari harapan baru di bawah Postecoglou.
“Ange menjanjikan trofi, dan dia menepatinya,” ujar Johnson.
“Kami mungkin tak sempurna di liga, tapi malam ini kami menunjukkan kami bisa bersaing di level tertinggi.”
Selain kebanggaan, kemenangan ini juga menghadirkan manfaat finansial besar—sekitar £100 juta, plus tiket ke Liga Champions musim depan. Sebuah langkah besar menuju stabilitas dan daya saing.
United Terpuruk, Spurs Bangkit
Di sisi lain, kekalahan ini menjadi catatan kelam lain bagi Manchester United. Di bawah asuhan Ruben Amorim, musim 2024/25 menjadi salah satu yang terburuk bagi Setan Merah—tanpa trofi dan tanpa sepak bola Eropa musim depan.
Tekanan terhadap Amorim kini mencapai titik didih. Kekalahan di final Eropa hanya menegaskan bahwa kebangkitan United masih jauh dari kata tuntas.
Suara dari Lapangan: Emosi dan Sejarah
Dalam sesi wawancara pascalaga, Johnson tak bisa menyembunyikan emosinya. Dari gol yang mungkin tak cantik, hingga menit-menit akhir yang menyiksa secara psikologis.
“Itu mengerikan — saya bahkan tak bisa menonton akhir laga. Tapi saat kami bertahan dari sepak pojok terakhir, saya tahu kami menang,” katanya.
Dengan wajah lelah tapi bahagia, ia tutup dengan pesan menyentuh:
“Trofi ini untuk semua fans Spurs — yang hadir di Bilbao dan yang menonton dari rumah. Terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Akhirnya… ini milik kita!”
Malam yang Akan Dikenang Selamanya
Tottenham tidak hanya memenangkan final - mereka merebut kembali identitas mereka. Final Liga Europa 2025 di Bilbao akan dikenang sebagai malam di mana Spurs menolak menyerah pada label “nyaris juara” dan memilih menulis sejarah baru. Ini bukan sekedar akhir dari puasa trofi, tapi mungkin awal dari era baru di London Utara.
Selamat, Tottenham. Akhirnya, kalian pulang membawa sesuatu.
Kamis, 22 Mei 2025